Friday, October 10, 2008

masih ada orang yg menindas hak orang laen

Belakangan topik yg sedang banyak dibahas diblog adalah Kemenangan. Korelasinya dikarenakan umat muslim yg baru saja menyelesaikan ibadah puasa ramadhan selama satu bulan penuh dan tentu saja meraih kemenangan disaat hari raya Iedul Fitri.Kemenangan bisa juga diartikan kemampuan kita untuk meraih apa yg menjadi harapan. Kadangkala kemenangan hanyalah euforia sesaat dari rasa sukacita dan setelahnya masih banyak hal yg harus kita taklukkan kembali dalam hidup ini.

Seperti halnya hari ini, kesabaran kadangkala sulit untuk dilakukan jika kita tidak terampil untuk mengolahnya. Perasaan ingin dimenangkan dalam segala hal telah membuat nyata bahwa kita nggak sepenuhnya memahami kemenangan. Kita begitu terlena dengan kemampuan diri kita yg bisa mengalahkan orang laen dengan nada ancaman, atau tekanan yg semuanya menyatakan keinginan untuk dapat dipenuhi oleh orang laen.

Hari ini adalah hari pertama gw setelah pasca lebaran menghadapi situasi yg sungguh menyedihkan. Untungnya hal ini nggak mewarnai keadaan hari ini secara keseluruhan. Memang sifat manusia untuk senang dilayani namun bukan berarti semua hal harus dilayani dengan baik. Tokh ada sesuatu yg harus dipatuhi antara keduanya.Dan yg membuat kesal adalah bagaimana caranya memaksa dan mengancam seakan itu menjadi senjata sakti buatnya dalam mendapatkan hak-nya dengan cepat.

Gw baru aja nolongin Customer Service di kantor siang ini. Kebetulan saat itu gw masih berada dikantor dan CS sudah ga punya cara lagi buat menghadapi ulah pelanggan tsb. Intinya kalau semua persyaratan dan aplikasi lengkap untuk berlangganan layanan kita. Kita nggak mungkin menolak untuk mengabulkannya.

Namun sungguh ironi ditengah perdebatan panjang dengannya sama sekali tak nampak sikap untuk mengerti kebutuhan ini. Bahkan alih-alih mematuhi ketentuan yg ingin dia dapatkan.Yg bikin males dia datang atas nama orang laen tanpa surat kuasa dan bertindak diluar batas kewajaran dengan membuat suasana ruang pelayanan menjadi tak nyaman. Akhirnya dengan sedikit emosi yg masih tertahanm gw anjurkan dia untuk segera meninggalkan kantor ini dan kembali lagi untuk melengkapi semua hal yg belum sesuai. Namun apa daya, sorot matanya sungguh sangat tidak enak dan begitu tegang saat berhadapan dengannya.

Dia masih bertahan ingin tetap dilayani dan kita telah sedikit longgar untuk memberikan keringanan yg diinginkan. Seperti, kartu yg telah kita beri nomer pelanggan dan dia tinggal fax aja surat keterangan dari kantornya. Nah kalo sdh diterima kan beres tinggal diaktifin nomer beserta kartu yg sudah dipegangnya.

Masalahnya dia nggak mau melakukannya dengan alasan kantornya lagi tutup dan nggak mau menunggu sampai Senin. Bagaimana bisa? Apa dasar kita melakukan pengaktifan? Dia malah bilang alasan yg ga logis, gimana kalau surat keterangannya biar saya aja yg buat sekarang pake tulisan tangan? Ho..ho...apa pula ini? Emang kita perusahaan macam apa? Dan itu dia lakukan masih dengan nada mengancam. Hmm sembarangan aja nih orang..jelas-jelas dia nggak bawa surat kuasa dan bukan atas namanya. Terus nggak bisa melengkapi persyaratan yg diminta, kemudian mo cepet dilayani dan beberapa sikap yg kurang sopan ditunjukkan padanya.

Hmm..emang aneh dunia ini..mudah-mudahan saja, dia sadar bahwa hidup ini adalah keteraturan bukan berbenturan seperti ini. Yg paling jengkel adalah ancaman terakhir dia yg akan MEMBUNUH sembari menunggu kepulangan gw dari kantor. Hey emang ada urusan apa gw dengannya? Ini murni business to business kok dicampur aduk dengan sentimen pribadi. Ah konyol banget dah